Pohon renek di tepi padang,
Batangnya kecil tetapi tegap;
Dahulu nenek tinggal di bendang,
Rumahnya kecil disebut sulap.
Pohon renek jenis berbuah,
Buah berzat benih seberang;
Dahulu nenek tekun bersawah,
Menyara zuriat lapan orang.
Pohon renek daunnya rimbun,
Warnanya hijau berbintik-bintik;
Dahulu nenek rajin berkebun;
Menanam tuhau, lada dan betik.
Pohon renek rapat rantingnya,
Tempat hinggap burung kedidi;
Usaha nenek berkat doanya,
Buah tarap lebat menjadi.
Pohon renek bunganya indah,
Lebah menderu bukan sedikit;
Kemudian nenek memilih pindah,
Ke rumah baharu di lereng bukit.
Pohon renek di tepi padang,
Daunnya layu kemarau tiba;
Terus nenek menatap pandang,
Teringat cucu berasa hiba.
Pohon renek sudah berbuah,
Dipetik Timah sebagai lalap;
Penantian nenek lama sudah,
Di anjung rumah dia terlelap.
Pohon renek meranting juga,
Musim beralih ranggas daunnya;
Pabila nenek tersedar jaga,
Tepak sirih terus dicapainya.
Pohon renek benih seberang,
Patah rantingnya hari kelapan;
Ada nenek hanya seorang,
Keletah cucunya itulah harapan.
Mohd Isa Abd Razak
Port Dickson
Batangnya kecil tetapi tegap;
Dahulu nenek tinggal di bendang,
Rumahnya kecil disebut sulap.
Pohon renek jenis berbuah,
Buah berzat benih seberang;
Dahulu nenek tekun bersawah,
Menyara zuriat lapan orang.
Pohon renek daunnya rimbun,
Warnanya hijau berbintik-bintik;
Dahulu nenek rajin berkebun;
Menanam tuhau, lada dan betik.
Pohon renek rapat rantingnya,
Tempat hinggap burung kedidi;
Usaha nenek berkat doanya,
Buah tarap lebat menjadi.
Pohon renek bunganya indah,
Lebah menderu bukan sedikit;
Kemudian nenek memilih pindah,
Ke rumah baharu di lereng bukit.
Pohon renek di tepi padang,
Daunnya layu kemarau tiba;
Terus nenek menatap pandang,
Teringat cucu berasa hiba.
Pohon renek sudah berbuah,
Dipetik Timah sebagai lalap;
Penantian nenek lama sudah,
Di anjung rumah dia terlelap.
Pohon renek meranting juga,
Musim beralih ranggas daunnya;
Pabila nenek tersedar jaga,
Tepak sirih terus dicapainya.
Pohon renek benih seberang,
Patah rantingnya hari kelapan;
Ada nenek hanya seorang,
Keletah cucunya itulah harapan.
Mohd Isa Abd Razak
Port Dickson
2 ulasan:
Salam, Tuan Mohd. Isa.
Puisi ini menggamit kerinduan saya terhadap arwah nenek. Terima kasih atas perkongsian puisi itu, sangat indah......
Waalaikumussalam.
Kak Imun, sama-sama. Kita berkongsi rasa dari semasa ke semasa. Bicara tentang tarap, tutan, tuhau dan sebagainya menarik minat saya.
Catat Ulasan