18 Julai 2011

Puisi: Nenek Sabah

Pohon renek di tepi padang,
Batangnya kecil tetapi tegap;
Dahulu nenek tinggal di bendang,
Rumahnya kecil disebut sulap.

Pohon renek jenis berbuah,
Buah berzat benih seberang;
Dahulu nenek tekun bersawah,
Menyara zuriat lapan orang.

Pohon renek daunnya rimbun,
Warnanya hijau berbintik-bintik;
Dahulu nenek rajin berkebun;
Menanam tuhau, lada dan betik.

Pohon renek rapat rantingnya,
Tempat hinggap burung kedidi;
Usaha nenek berkat doanya,
Buah tarap lebat menjadi.

Pohon renek bunganya indah,
Lebah menderu bukan sedikit;
Kemudian nenek memilih pindah,
Ke rumah baharu di lereng bukit.

Pohon renek di tepi padang,
Daunnya layu kemarau tiba;
Terus nenek menatap pandang,
Teringat cucu berasa hiba.

Pohon renek sudah berbuah,
Dipetik Timah sebagai lalap;
Penantian nenek lama sudah,
Di anjung rumah dia terlelap.

Pohon renek meranting juga,
Musim beralih ranggas daunnya;
Pabila nenek tersedar jaga,
Tepak sirih terus dicapainya.

Pohon renek benih seberang,
Patah rantingnya hari kelapan;
Ada nenek hanya seorang,
Keletah cucunya itulah harapan.

Mohd Isa Abd Razak
Port Dickson

2 ulasan:

Kak Imun berkata...

Salam, Tuan Mohd. Isa.

Puisi ini menggamit kerinduan saya terhadap arwah nenek. Terima kasih atas perkongsian puisi itu, sangat indah......

Mohd Isa Abd Razak berkata...

Waalaikumussalam.

Kak Imun, sama-sama. Kita berkongsi rasa dari semasa ke semasa. Bicara tentang tarap, tutan, tuhau dan sebagainya menarik minat saya.